CERPEN RENCANA YANG INDAH
Oh ya… aku Senja
Mustikarani, seorang siswi (emm..tepatnya calon siswi) kelas X SMA BinaBhakti Bandung.
Di hari pertamaku masuk sekolah, aku berharap gag ada sesuatu yang membuat
hariku ini menjadi lebih tidak menyenangkan lagi. Yaah…semoga saja…
Hemm….Seragam
baru…pakaian yang terindah dan mampu memberikan sensasi tersendiri ketika
memakainya. Putih abu – abu..ya..putih abu – abu, bukan putih biru lagi
sekarang. “Okey Senja yang cantik (paling nggag mamaku bilang gitu.he..)
sekarang kamu dah siap masuk sekolah baru, teman baru, masalah baru tentunya,
semangat baru dan semoga ada jiwa yang baru. Go…go…Senja…”
***
MOS atau Masa Orientasi
Siswa yang melelahkan, disuruh pakek ini, pakek itu, lari kesana, lari kesitu,
ngerjain ini, ngerjain itu, dan beruntungnya lagi semua yang diminta ama senior tu aneh – aneh.
Dah kayak orang nyidam aja.
“Selamat adik –
adik… mulai hari ini kalian resmi menjadi siswa SMA BinaBhakti. Junjung tinggi
nama SMA kita, lakukan yang terbaik untuk sekolah kita tercinta”.
Prokk..prokk..prokk..prokk..prokk…
tepuk tangan berhamburan ketika seseorang di depan sana mengucapkan kata –kata
itu.hemm..akhirnya.. Semua siswa merasa lega karena acara MOSpun telah selesai
dilaksanakan dan akhirnya mereka bisa berhamburan pulang ke rumah masing –
masing untuk melampiaskan hasrat minum segelas es yang segar.hehe…,
maklum..cuaca hari ini memang panas sekali.
Di perjalanan pulang
aku memikirkan seseorang yang berbicara didepan tadi. Suaranya begitu tenang
dan mampu memberikan perasaan damai dalam hatiku. “ Siapa ya cowok tadi?
Sepertinya aku kenal? Emm…..hadeh siapa ya? Kok lupa cih…. Ayo Senja ingat –
ingat betul….. emm…Ari! Bukan, Rio? Bukan juga.. hadeh..emm… aha…Era.. yupz..
Kak Era, kakak kelasku SMP dulu. Nama lengkapnya Ameterasu Wibowo. Nama yang
cukup nyleneh. “Mungkin simbah buyutnya dari Jepang kali yhe, so namanya
ke’jepang-jepangan gimana gitu.he…” Kalau dalam bahasa Jepang “Ameterasu” itu
artinya Dewa Matahari. Ya…siapa tau aja dia bakalan jadi matahariku yang
menerangi hari – hariku, yang membuat hidupku lebih cerah, lebih indah, dan
lebih bermakna.. (Hahaha…. Ngarep bener) Amin Ya Allah..
Selidik boleh selidik,
sekarang Kak Era menjadi ketua OSIS SMA BinaBhakti. Dia duduk di kelas XI,
kelas XI IPA 1 tepatnya. Perawakannya nggag pendek n gag tinggi – tinggi banget,
kulitnya sawo matang, matanya sipit n da lesung pipit di pipi kanannya.
Hemm..manis banget.hehe… tapi sayang sikapnya ma cewek agag dingin. Katanya cih
dia tipe orang yang susah jatuh cinta, tapi sekali cinta, dia akan menjaga
sungguh – sungguh cintanya itu. So sweet….
Ruang kelasku, kelas X2
berhadap – hadapan dengan ruang kelas XI IPA 1. Setiap hari aku duduk di depan
kelas bersama teman baekku Dea. Setiap hari pula aku melihati kak era dari
kejauhan. “ Eh De..Kapan ya aku bisa ngbrol, bisa maen bareng, bisa ngabisin
waktu bareng ma kak Era?”, “Hemm…Terus aja ngimpi, gag bakal kesampean
deh..hahaha.. Bayangin ya, Kak era tu lembut, baek, alim lagi, nah elu???
Blangsak.haha… “Dasar lu asal nyeletuk aja, sekali- kali bikin dong temen loe
yang cantik ini seneng, gag asik bener cih loe L”.
“Eh sist, loe tu kalau suka ma dia bilang aja suka, bilang aja langsung ma
orangnya, masak gitu aja gag berani. Cemen banget..” “Enak aja loe, sapa bilang
gue suka ma dia? Gue tu cuma kagum ma dia, NGGAG SUKA. Ngerti loe?. “ Iya deh
percaya gue….(radak maksa).
Di sekolahku ini banyak
ekskul yang menarik. Salah satu ekskul yang menarik minatku adalah ekskul seni
musik. Aku paling demen ama yang namanya musik. Maklumlah papaku dulu jago maen
piano n mamaku jago banget nyanyi, so aku punya darah musisi di dalam tubuhku.
Hari ini aku udah ngisi formulir pendaftaran buat ikut ekskul seni musik, Sabtu
depan aku sudah bisa ikut kegiatan - kegiatannya.
Dari minggu ke minggu
ku ikuti kegiatan ekskul seni musik dengan suka cita, betapa tidak, selain
karena ekskul ini bener – bener cocok dengan jiwaku, mampu menjadi wadah dan
penyalur minat bakatku, ternyata Kak Era
juga ikut dalam ekskul ini. Aku masih ingat saat unjuk kemampuan di hari
pertama masuk ekskul, aku menunjukkan kemampuanku bernyanyi dan bermain piano.
Aku menyanyikan lagu kesukaan mamaku, lagunya Titi D.J. “Bahasa Kalbu”. Semua
orang memberikan applause-nya buatku, terpukau dengan penampilanku, tak
terkecuali Kak Era. Kekaguman tersirat di matanya. Dan sejak saat itu aku termotivasi
untuk terus meningkatkan kemampuanku menjadi baik, baik, dan lebih baik lagi.
Sejak ikut ekskul seni musik, intensitas
perjumpaanku dengan Kak Era semakin sering. Kamipun lebih saling mengenal. Kami
lebih sering ngobrol, baik dalam diskusi mengenai musik maupun curhat mengenai
hal – hal yang lebih pribadi. Walaupun begitu, aku tidak meninggalkan
kebiasaanku, aku masih suka memandanginya dari jauh, memperhatikan setiap gerak
– geriknya bak seorang detektif. Melihat tawa dan senyumnya membuat hatiku
begitu damai. Aku gag tau knapa aku ngrasain ini. Apa ini rasanya jatuh cinta? Seperti
jamannya papa mamaku dulu, bisa ngliat si pujaan hati dari jauh gitu aja dah
seneng banget rasanya. Hah sudahlah, kalog jodoh gag bakal lari kemana…
Tak disangka – sangka
aku dapet kesempatan ketemu Kak Era setiap hari. Bulan depan tanggal 19
September merupakan hari ulang tahun sekolahku. Untuk itu sekolah mengadakan
serentetan acara untuk memperingatinya. Sebagai acara puncak diadakan kegiatan
pentas seni. Setiap kelas dan setiap ekskul wajib mengirimkan delegasinya untuk
menampilkan seni pada acara tersebut. Aku dan Kak Era diminta menjadi delegasi
dari ekskul Seni Musik. Setiap pulang sekolah selama 2 minggu kami latihan
bersama di taman belakang rumahku. Kak Era duduk di sebuah bangku di bawah
pohon mahoni sambil memainkan gitarnya. Satu persatu senar dipetik oleh
jemarinya dan menghasilkan alunan – alunan melodi cinta yang indah di
telingaku. Satu persatu senyuman meluncur dari bibirnya, satu persatu nada –
nada cinta terucap dari bibirnya. Hemm…… Senyuman itu, “Ya Allah…. Aku
mencintainya”.
19 SEPTEMBER 2003 PUKUL
18.45 WIB.
“Senja…gimana? Udah siap? Aku percaya
kamu bisa.” (bisik Kak Era)
“Udah kak, mkch ya dah
support aku.” J”.
Kak Era menarik tanganku dan membisikkan
sesuatu di telingaku, “lagu ini buat Senja”. Dia memegang pundakku, menatap
mataku dan……….sebuah kecupan lembut bersarang di keningku sebelum dia berhambur
ke atas panggung. Ya Tuhan… Benarkah ini???
“ Selamat Malam
Semuanya….” Perkataan itu menyadarkanku dari lamunanku dan segera aku menuju
panggung menyusul Kak Era.
“Malam ini saya dan
Senja akan menyanyikan sebuah lagu berjudul “Aku dan Dirimu” dari Ari Laso dan Bunga Citra Lestari, semoga
kalian semua terhibur”. Kutekan tuts piano satu persatu,,, Kak Erapun mulai
memetik sena – senar gitarnya.
“Tiba saatnya kita saling bicara
tentang perasaan yang kian menyiksa
Tentang rindu yang
menggebu, tentang cinta yang tak terungkap.
Sudah terlalu lama
kita berdiam
Tenggelam dalam
gelisah yang tak teredam
Memenuhi mimpi –
mimpi malam kita
Reff:
Duhai cintaku
sayangku lepaskanlah perasaanmu rindumu sluruh cintamu.
Dan kini hanya ada
aku dan dirimu sesaat di keabadian.
Jika sang waktu bisa
kita hentikan
Dan sgala mimpi – mimpi
jadi kenyataan
Meleburkan semua
batas antara kau dan aku…kita…
Duhai cintaku
sayangku lepaskanlah perasaanmu rindumu sluruh cintamu.
Dan kini hanya ada
aku dan dirimu sesaat di keabadian.
|
Lagu itu..mata
itu..apakah dia…???... Haduuuh..mikir apa sih aku ini? “Senja..berhenti mikirin
cowok itu. Dia nggag suka sama loe. NGGAG SUKA. OK? Sekarang dah malem, mending
kamu tidur! Huft…. Selamat Malam Dunia……………ZZZZZZZZZZZZZZZZZZ……………...”
20 SEPTEMBER 2003 PUKUL 05.30 WIB
Thit… Thit… Thit… Thit…
1 New Message (Selamat pagi senja. Moga hari ini jadi hari yang indah buat
kamu. Aku tunggu kamu di sekolah ya..? ERA). Seketika itu juga aku bangun dari
tempat tidurku. Aku lonjak – lonjak di atas kasur. Menari – nari seperti orang
gila. Kubaca sms itu sekali lagi, kubaca lagi, lagi, dan lagi. Tidak terasa
waktu sudah menunjukkan pukul 06.15. “haduh aku harus cepet - cepet ni. Emm…cuci
muka aja deh, gag usah mandi. Semprot sana semprot sini. Hemm..wangi… Ok deh
aku siap berangkat ke sekolah. Brak..brak..brak..brak…gubrak…aduuh, “ngalangin
jalan gue aja ni meja. Ma…aku berangkat dulu, Asaalamu’alaikum..” “Ati – ati
sayang, jangan lari – lari gitu. Wa’alaikumsalam.”
Sesampainya
di sekolah, kulihat Kak Era sudah bersandar di gerbang. Saat melihat aku sudah
berada di ujung jalan dia terus memperhatikan setiap langkahku. “Pagi Kak Era J” “hemm…jam segini baru dateng, pasti
kelamaan di kamar mandi ni.haha…” “hehe…nggag kok kak (mandi aja nggag J haha..).
Senja..Senja..(seraya
merangkulkan tangannya di bahuku). Seketika kulihat tangan itu, kulihati dia
dengan wajah bingungku dan dia hanya melemparkan sebuah senyuman padaku. “Oh my
God…jadi nerveous, jadi kebelet.he..hadeh… jadi kepengen lari ke kamar mandi.
Sejak
hari itu, setiap pagi Kak Era menungguku didepan gerbang dan mengantarkan aku
pulang, hari demi hari berlangsung seperti itu, sampai suatu saat aku tidak
pernah muncul lagi di gerbang sekolah itu. Dia terus menungguku, tapi aku tidak
pernah muncul. Dia menghubungiku tapi tidak bisa, dia datang ke rumahku tapi
dia juga tidak mendapatkan apa – apa. Setiap pagi dia terus menungguku.
Berharap aku muncul di ujung jalan. Tapi semua penantiannya sia – sia. Aku
tidak akan pernah muncul lagi di gerbang itu. Aku terkapar di rumah sakit. Aku
menderita penyakit yang tak pernah kusangka – sangka. Kata dokter, aku mengidap
penyakit ini sejak kelas 1 SMP. Aku menderita leukimia, dan sekarang sudah
mencapai stadium akhir. Hidupku tidak akan lama lagi, hanya menunggu hitungan
detik. Tik..Tik..Tik..Daaaaaarrrrr…….. GAME OVER. Aku
mengasingkan diriku di rumah nenekku di desa. Udara yang sejuk dan lingkungan
yang masih asri diharapkan mampu membuat kondisiku membaik. Tanpa kabar berita,
aku tinggalkan sekolahku, teman – temanku, begitu juga Kak Era. Tak ada yang
tau keadaanku, kecuali sahabatku Dea. Dia masih sering mengunjungiku dirumah
nenekku.
12
JANUARI 2004
Kondisiku
semakin kritis. Hari ini aku dilarikan ke rumah sakit karena sepanjang hari aku
terus batuk – batuk dan keluar darah di setiap batukku. Seluruh keluargaku
berada di rumah sakit untuk menjagaku. Isak tangis memekakkan telingaku. “ma,
pa….maafin Senja. Senja belum bisa bahagiakin mama dan papa. Sebenarnya senja
masih ingin terus bersama ama mama dan papa, tapi senja sudah lelah. Senja udah
gag kuat ma, pa. Senja sayang sama mama, sama papa, sama kalian semua. Senja
pengen ngrasain hidup di dunia yang lain. Relain Senja ya ma, pa jika nanti
Senja tiada?” seketika isak tangis meledak memenuhi seisi ruangan. Semua
memeluk tubuhku dengan erat.
13
JANUARI 2004
Pagi
ini, disaat aku membuka mataku, ku lihat sepasang mata teduh yang memandangiku.
Mata itu, tatapan itu…Kak Era… “Aku benci karena dah kenal sama cewek bodoh
kayak kamu. Kenapa kamu nggag ngasih kabar apa – apa sama aku di saat kondisimu
seperti ini. Kamu anggap aku ini apa?? Aku sayang sama kamu..aku pengen slalu
nemenin kamu bagaimanapun keadaanmu.”
“maafin aku kak, aku gag pengen bikin kakak sedih”. “justru sikapmu ini
yang buat aku sedih. Kita baru aja ketemu dan sekarang kamu mau ninggalin aku
untuk selamanya?” aku hanya tersenyum mendengarkan perkataan – perkatan itu.
“Kak…aku ingin kakak menerima ini…(sebuah kotak berwarna merah). Sekarang aku
pengen istirahat kak, kakak bisa kan ninggalin aku disini sebentar?” “Ok aku
tinggalin kamu disini. Nanti aku akan segera kembali. Beristirahatlah !” dia
memberiku sebuah kecupan dikening sebelum meninggalkan aku dikamar.
Aku
merasa bahagia karena telah dipertemukan dengan Kak Era. “Terimakasih Ya Allah
karena telah Kau pertemukan aku dengan dia.”
Huft……Aku
udah nggag kuat lagi sekarang..Aku lelah….. akupun juga udah nggag bisa buat
nglanjutin lagi cerita ini. Mungkin sekarang di sana Kak Era sedang membaca
surat dariku, dan mungkin setelah dia selesai membacanya dan kembali lagi ke
kamarku ini, hanya sesosok jasad yang dia temui. Maafin aku kak Era. Aku sayang
sama kamu…
SELAMAT
TINGGAL SEMUA, SELAMAT TINGGAL
DUNIA…………………………………………………………………………………….tit…………………………………………………………………………
21 September 2003
Dear Kak Era,
Tuhan memberikan aku dua kaki untuk
berjalan, 2 tangan untuk memegang, 2 telinga untuk mendengar, dan 2 mata untuk
melihat, tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati kepadaku?
Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang agar kita
mencarinya.
Di saat sang fajar muncul dari ufuk
timur, di saat embun menetes dari pucuk daun, di saat bunga – bunga bermekaran
dan daun – daun berguguran aku mulai sadar bahwa ada hasrat dari dalam hatiku
untuk menjadikanmu sebagai pemilik dari sekeping hati yang lain yang Allah
ciptakan untukku. Allah telah menganugerahkan rasa yang begitu indah ini
kepadaku. Aku mencintaimu. Keteduhan matamu, kecerian senyummu yang
memberikan kedamaian dalam setiap langkahku menyusuri poros – poros waktu meyakinkan aku bahwa ini
bukan hanya cinta yang mudah kuucapkan di lisan saja, tapi ini cinta yang benar
– benar tulus dari dalam hatiku.
Senja
Mustikarani
12 januari 2004
Dear Kak Era,
Mengenalmu adalah hal terindah
dalam hidupku. Berkat dirimu aku sadar bahwa “hidup ini indah jika kita ikhlas menikmatinya”.
Bersamamu aku belajar menghargai hidup, yang sebelumnya aku selalu menghardik
hidupku sendiri. Terimakasih atas segalanya…
Mungkin ini surat terakhir dariku,
untuk itu aku ingin bilang kalau aku sayang sama kamu. Aku tidak sempat mengatakan
ini padamu di saat aku masih hidup, aku hanya mampu mngatakannya lewat surat
ini. Semoga dirimu bisa mengerti….
Aku tidak ingin kau meneteskan air
mata ketika membaca suratku ini, aku juga tidak ingin kau meneteskan air mata
di saat aku meninggalkanmu… aku ingin engkau slalu tersenyum, karena senyummulah
yang mampu membuatku damai. Teruslah tersenyum untukku kak……
Selamat tinggal Kak Era, Relakan
aku pergi. Jangan pernah sesali semua yang terjadi. Yakinlah bahwa Allah punya
rencana yang indah untuk kita.
Senja
Mustikarani
“Senja……………….. Q juga
menyayangimu……………….
Aku akan terus tersenyum untukmu,
tenanglah engkau di sana…..”
The End
Komentar
Posting Komentar